Song

Selasa, 30 September 2014

Pertemuan 8


Jumat, 26 September 2014

Manusia dan Afektivitasnya

Kekayaan dan Kompleksitas Afektivitas Manusia

Manusia dapat dibedakan dengan tumbuhan karena manusia memiliki afektivitas. Afektivitas adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi "berada" di dunia karena mendorong orang untuk mencintai, mengabdi, dan kreatif. Afektivitas juga lah yang memperdalam cara hadir kita di dunia ini.

Disposisi (pendapat) afektif dasar subjek terhadap objek adalah kehidupan afektif berputar pada2 kutub yang saling bertentangan satu sama lain dan mengarah kepada objek karena menyukainya, atau berpaling karena menganggapnya buruk. Pada intinya, cinta adalah afektivitas paling dasariah. Sikap yang diambil afektivitas berhadapan dengan objek adalah yang dianggap berguna, subjek mencintainya (cinta utilitaris atau bermanfaat).

Sikap subjek juga ditentukan secara afektik oleh objeknya. Hal tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu perasaan dan emosi. Perasaan dan emosi merupakan keadaan / cara yang berbeda menurut bagaimana subjek dapat menguasai objek tertentu. Menurut Thomas Aquinas, keadaan dan cara berbeda-beda tersebut adalah "Hasrat-hasrat jiwa". Meninjau ciri khas kebenaran afektivitas disebut "suasana hati". Suasana hati akan menjadi baik apabila kemampuan bekerja baik pula.



Apa yg bukan perbuatan afektif

Cinta membuktikan diri dalam perbuatan-perbuatan. Cinta mendahului perbuatan-perbuatan. Kerap afektivitas itu disamakan dengan kesanggupan merasa, padahal kehidupan afektif bukan hanya menyangkut merasa saja, tapi juga menyangkut hal yg spiritual.

Apa yg merupakan perbuatan afektif ?

       Hidup afektif atau afektivitas = seluruh perbuatan afektif yg dilakukan subyek sehingga subyek ditarik oleh obyek atau sebaliknya.
       Perbuatan afektif sedikit mirip dg  ‘perbuatan mengenal’ krn dianggap perbuatan vital/imanen. Tapi perbuatan afektif beda dg ‘perbuatan mengenal’ krn perbuatan afektif itu lebih pasif, sedangkan pada ‘perbuatan mengenal’ subyek membuka diri pd obyek.

Kondisi afektivitas manusia

·         Perlu suatu ikatan kesamaan antara S dan O perbuatan afektifnya
·         Kesenangan dari cara afektif harus dicurigai ? bersatulah dalam pikiran dan perasaan denngan apa yg baik bagi kita. Kesenangan -> Perasaan yang dialami S bila dia dihinggapi oleh keadaan berada lebih baik

Catatan cinta akan diri, sesama dan Tuhan

Cinta akan dirinya sendiri sering dianggap oleh banyak orang sebagai egoisme. Egoisme adalah menolak perhatian otentik kepada orang lain dan hanya mengambil keuntungan dari orang lain. Padahal, mencintai diri sendiri hanya akan dapat ditemukan apabila orang tersebut dapat mencintai orang lain secara sungguh-sungguh.


Mencintai Tuhan bukan berarti kita mengasingkan diri dari diri kita sendiri. Hal ini dikarenakan Tuhan tidak pernah melawan kita. Tuhan adalah sesuatu yang transenden atau melampaui kita, namun juga imanen yaitu sangat dekat dengan kita. Menurut St. Agustinus, Tuhan adalah pangkal dari kepribadian kita dan merupakan dasar semua manusia untuk berkomunikasi.  Semakin kita dekat dengan orang lain, makan kita akan semakin dekat dengan Tuhan.




Kebebasan



Jiwa dan Badan
  • Eksistensi jiwa dalam tubuh memampukan manusia untuk menghadirkan diri secara total di dunia dan memungkinkan manusia menentukan perbuatannya
  • Dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas
  • Karena jiwalah manusia menjadi mahluk bebas
  • Kebebasan itu mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanisme


sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan” (Erich Fromm, The Fear of Freedom, 1960)
Artinya, kebebasan menjadi bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia

Pandangan Determinisme
adalah aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa, termasuk tindakan dan keputusan manusia disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya.

Berikut adalah berbagai pandangan dan juga aliran mengenai determinisme :
1.    Determinisme fisik-biologis
2.    Determinisme psikologis
3.    Determinisme sosial
4.    Determinisme teologis

Kebebasan sebagai Bagian dari Eksistensi Manusia
Menurut padangan Immanuel Kant tentang kebebasan dan kehidupan moral, perbuatan moral ada pada kebebasan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya tanggung jawab karena kehidupan tidak berjalan teratur tanpa adanya tanggung jawab.

Apa Arti Kebebasan?
Secara umum, kebebasan adalah ketika tidak adanya hambatan, paksaan, halangan, dan aturan. Namun, apabila ditelaah secara khusus, kebebasan tersebut dinamakan kebebasan eksistensial.
Menurut proses Filsuf Whitehead, kebebasan eksistensial adalah penyempurnaan diri dan  kesanggupan memilih dan memutuskan. Hal tersebut ditegaskan oleh  Franz Magnis-Suseno yang mengatakan bahwa ada kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan yaitu kebebasan dan hak-hak dasar.

Jenis-Jenis Kebebasan :
a) Kebebasan Horizontal (berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan, semata pertimbangan intelektual) dankebebasan vertikal (pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai)
b) Kebebasan Eksistensial (Kebebasan positif, lambang martabat manusia) dan kebebasan sosial (terkait dengan orang lain) kebebasan sosial dibatasi dalam hal fisik, psikis dan normatif.

Nilai humanistic dalam kebebasan eksistensial :
-    Melibatkan pertimbangan
-    Mengedepankan nilai kebaikan
-    Menghidupkan otonomi
-    Menyertakan tanggung jawab

4 alasan adanya pembatasan kebebasan sosial:
a.  Menyertakan pengertian
b.  Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial
c.  Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
d. Terkait dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial.

Sejarah Perkembangan Masalah Kebebasan
Filsafat Yunani tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas masalah kebebasan karena :
  • Adanya pandangan bahwa semua hal berada di bawah “nasib” dan “kehendak mutlak” yang mengatasi manusia dan para dewasa yang secara sadar atau tidak sadar menentukan tindakan. Jadi, tidak ada pertanggungjawaban manusia atas tindakannya.
  • Menurut pemikiran Yunani, manusia ialah bagian dari alam maka harus mengikuti hukum umum yang mengaturnya.
  • Manusia terpengaruh oleh sejarah yang bergerak secara siklis.
Jaman – jaman yang ada dalam sejarah Perkembangan Masalah Kebebasan :
i.   Zaman Abad Pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik
ii.  Zaman modern (percaya akal budi), perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik
iii  Era Kontemporer (pascamodern), kebebasan dipermasalahkan dari sudut pandang sosial
iv. Kebebasan dalam pemikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egoistik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan dan pengendalian diri.

Sumber : PPT KBK Filsafat Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara